- All
- Category 1
- Category 2
-
Categories
- alam semesta (13)
- download (1)
- fakta (9)
- gaya hidup (15)
- global (53)
- hobi (14)
- humor (12)
- ilmu dan teknologi (30)
- info (2)
- inspirasi (47)
- internet (14)
- karir dan bisnis (18)
- kesehatan (50)
- kuliner (23)
- mitos / misteri (7)
- ragam (7)
- religi (16)
- sport (12)
- tips dan trik (58)
- Travel and Tour (22)
- tutorial (20)
- video (5)
IntenseDebate Comments - Last 5
Kejahatan Kejam Atas Nama Video Game
Dunia ini memang semakin sulit dimengerti. Semua hal tabu yang tampak tidak mungkin dilakukan oleh manusia sekeji apa pun kini satu per satu menjadi berita utama di media. Apakah karena konten kekerasan yang semakin mudah diakses oleh masyarakat digital saat ini? Atau memang dunia sedang sakit? Tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang pasti atas masalah yang makin lama semakin serius ini. Kali ini dan sekali lagi, video game menjadi kambing hitam kejadian.
Anda mungkin masih ingat dengan kejadian pembunuhan Kendall atas ibunya karena masalah konsol Playstation belaka? Kejadian yang serupa terjadi kembali di Jepang. Wilayah Osaka gempar setelah mayat seorang anak berusia 3 tahun yang teridentifikasi sebagai Shinuzu Tanaka ditemukan tewas di dalam kantong plastik sampah dengan mengenaskan. Dengan kedua tangan dan kaki yang terikat perekat, anak ini dipastikan tewas lemas akibat udara yang kurang. Pelakunya? Secara mengejutkan, sang ibu yang baru berusia 26 tahun – Yui Tanaka.
Alasannya? Yui mengatakan bahwa anaknya sangat berisik ketika ia dan pacarnya (20 tahun) yang tinggal serumah sedang bermain game. Ia sudah mencoba memarahi anaknya, tetapi Shinuzu tak mau diam. Sang anak malah semakin menjadi-jadi dan membuang konsol game ibunya ke tempat sampah. Tak tahan dengan perlakuan anaknya itu, Yui mengikat tangan dan kaki anaknya lalu memasukkannya ke dalam kantong sampah untuk memberikan sedikit pelajaran. Akibatnya? Sang anak tewas kehabisan napas ketika polisi menemukannya.
Saya sendiri sangat sedih dan marah karena harus mendengar cerita seperti ini terus-menerus terjadi. Kita tidak sedang membicarakan masalah hukum atau moral saja, tetapi bagaimana video game ditampilkan seolah menjadi sumber semua tindakan bejat tersebut. Apakah video game memang berkorelasi dengan rasa tega melakukan kekerasan terhadap orang terdekat kita? Saya hanya bisa mendoakan agar Shizunu mendapatkan keadilan yang seharusnya.
Source: Kotaku
Labels:
hobi